ALUR DAN PLOT DALAM LAKON AYAHKU PULANG KARANGAN USMAR ISMAIL (SUATU KAJIAN OBJEKTIF)

 ALUR DAN PLOT DALAM LAKON AYAHKU PULANG  KARANGAN  USMAR ISMAIL (SUATU KAJIAN OBJEKTIF)

https://unj.ac.id

Disusun oleh: Resti Hanafiani 

 

Makalah yang Diajukan kepada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia untuk

Memenuhi Syarat Mengikuti UTS Mata Kuliah Kajian Drama

 

 

ABSTRAK

 

Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menunjukkan  perbedaan  antara  alur  dan  plot dalam lakon Ayahku Pulang” karangan Usmar Ismail.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu dengan cara melihat isi karya sastra secara lebih mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Plot  dalam  lakon  Ayahku  Pulang”  karangan  Usmar  Ismail  yakni  sebagai berikut: (1) Pengenalan: Ibu teringat dengan Ayah. Namun Gunarto melarang Ibu mengingat Ayah lagi (D1 s.d. D6); (2) Timbul Konflik: Maimun pulang membawa kabar  yang  aneh dan  membuat  Gunarto kesal  (D37 s.d  D48); (3) Konflik: Mintarsih pulang dan mengatakan bahwa ia melihat lelaki tua di tepi jalan dekat jembatan yang selalu memandang ke arah rumahnya (D49 s.d D74); (4)Konflik Memuncak: Raden Saleh datang ke rumah mereka   tetapi Gunarto menolak kedatangannya (D78 s.d. D103); (5) Klimaks: Raden Saleh pergi dari rumah dalam keadaan lemah dan cuaca hujan deras. kemudian Maimun pergi juga menyusul mencari Ayahnya (N103 s.d.N110); (6) Pemecahan Soal: Maimun kembali hanya dengan membawa baju dan kopyah sang ayah yang ditemukan di tepi jembatan. Gunarto berpikir Ayahnya telah melompat ke sungai. Gunarto pun menyesal (D131 s.d N115). Alur yang digunakan dalam lakonAyahku Pulangkarangan Usmar Ismail adalah alur maju (progresif).

 

Kata kunci: Alur, Plot, Alur, Alur maju (progresif)


 

1.   Latar Belakang Masalah

 

Sastra dapat bermakna suatu ciptaan manusia dalam bentuk bahasa lisan mupun tulis, yang dapat menimbulkan rasa keindahan, menyenangkan, dan menggugah hati. Bagi seorang penyair atau pengarang, sastra adalah media yang dapat digunakan untuk mengekspresikan apa yang ingin mereka sampaikan. Hal yang ingin disampaikan itu dapat berupa kisah-kisah nyata yang pernah dialami, dilihat, ataupun didengar dari orang lain yang kemudian diolah melalui proses kreatif dengan menambahkan bumbu-bumbu kiasan dan imajinatif di dalamnya.

Sastra dalam perkembangannya saat ini telah dibagi ke dalam tiga genre, yaitu genre puisi, genre prosa, dan genre drama. Drama sebagai salah satu genre sastra berasal dari bahasa Yunani dram,  draomai’ yang berarti gerak, berbuat atau beraksi (to act). Hal inilah   yang menyebabkan pemain drama dinamakan aktor (actor) dan  permainannya dinamakan akting (acting).

Naskah drama sebagai karya sastra sebenarnya hanya bersifat sementara. Hal ini dikarenakan naskah drama ditulis sebagai dasar untuk dipentaskan. Dengan demikian tujuan drama bukanlah untuk dibaca seperti halnya orang membaca novel atau puisi.

Pendekatan  Objektif merupakan  pendekatan  yang mengkaji  sastra dengan melihat kenyataan  yang  ada dalam  karya sastra tersebut. Artinya pendekatan objektif hanya mengkaji makna keseluruhan unsur yang ada dalam karya sastra. kenyataan yang ada dalam karya sastra tersebut kita kenal dengan nama struktur pembangun karya sastra yang meliputi, unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Akan tetapi, dalam pendekatan objektif yang dikaji hanyalah kenyataan yang ada dalam karya sastra, yaitu unsur intrinsik karya sastra.

Sebagai salah satu genre sastra, naskah  drama dibagun atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Wujud fisik dari sebuah naskah drama adalah dialog atau ragam tutur. Adapun unsur intrinsik pembangun drama meliputi, tema, amanat, alur, plot, setting/latar, tokoh-penokohan, watak-perwatakan, dialog-notasi, dan babak-adegan. Sedangkan unsur ekstrisik drama yaitu meliputi segala sesuatu di luar naskah drama yang memengaruhi naskah drama, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya latar sosial dan budaya  masyarakat tertentu.

Keberadaan tokoh dan penggambaran alur yang tepat merupakan sebuah hal yang utama dalam membangun jalannya sebuah cerita. Alur sebagai bagian dari unsur intrisik drama merupakan dasar dari pola irama drama secara keseluruhan (Emzir, dkk, 2018: 263). Disebut sebagai pola irama sebab alur tersusun dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita.

Pada umumnya konsep antara alur dengan plot dianggap sama. Namun antara alur dan plot sejatinya memiliki perbedaan. Alur merupakan rentetan peristiwa yang terjadi dari awal sampai akhir, disebabkan adanya hubungan logis kronologis. Alur meliputi, alur progresif, alur regresif, dan  compound plot. Plot merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi karena adanya hubungan sebab- akibat. Plot meliputi, pengenalan, pertikaian, perumitan, klimaks, dan peleraian. Dengan demikian plot merupakan bentuk rangkaian-rangkaian peristiwa yang lebih merinci daripada alur. Sebab alur hanyalah penggambaran peristiwa- peristiwa secara keseluruhan di dalam sebuah karya sastra.

Dalam makalah ini, peneliti tertarik untuk meneliti alur dan plot dalam lakon Ayahku Pulang” karangan Usmar Ismail. Hal ini dikarenakan adanya persepsi dari masyarakat yang terkadang menyakan konsep antara alur dengan plot. Maka peneliti tertarik untuk menunjukkan perbedaan antara alur dan plot dalam lakon Ayahku Pulang karangan Usmar Ismail.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan melihat isi karya sastra secara mendalam. Adapun prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut. Pertama, memilih dan menetapkan lakon Ayahku Pulang” karangan Usmar Ismail sebagai objek penelitiannya. Kemudian membaca ulang objek penelitian. Selanjutnya mengumpulkan data yang menunjukkan peristiwa- peristiwa  yang  memiliki  hubungan  sebab-akibat  dalam  lakon  dan  dipahami dengan baik isi dari lakon tersebut. Hal ini bertujuan agar pemahaman terhadap lakon dapat lebih mudah dipahami dan lebih mendalam. Kemudian membaca kembali lakon Ayahku Pulang karangan Usmar Ismail tersebut secara seksama. Kemudian melakukan analisis dan pemahaman dari data yang sudah disiapkan yang dimulai dengan menganalisis plot terlebih dahulu dengan tujuan agar lebih mudah menentukan alur yang tepat. Lalu analisis diakhiri dengan membuat simpulan dari hasil analisis yang didapat.


 

2.   Pembahasan

 

2.1 Sinopsis Lakon “Ayahku Pulang” karangan Usmar Ismail

 

Naskah     drama     berjudul Ayahku     Pulang”     karangan     Usmar Ismail Menceritakan kehidupan rumah tangga seorang ayah yang bernama Raden Saleh dengan istriya yang bernama Tina. Biduk rumah tangga mereka kurang harmonis karena sang ayah tega meninggalkan istri dan ketiga anaknya yang masih kecil demi kesenangannya. Saat itu putra sulungnya  yang  bernama  Gunarto  berumur  8  tahun,  Maimun  anak keduanya masih balita sedangkan putri ketiganya masih dalam kandungan yang bernama Mintarsih.

Sejak kepergian sang ayah,  Gunarto kini menjadi pria dewasa dan menjadi tulung punggung keluarganya. Gunarto bekerja di pabrik tenun dan memiliki watak keras karena beratnya perjuangan hidup yang harus ia lalui tanpa kasih sayang dan didikan sosok ayahnya. Maimun juga bekerja demi keluarga agar dapat membiayai pernikahan adiknya. Mintarsih, si bungsu  juga  bekerja  dengan  menerima  jahitan  karena  telah  belajar menjahit dari ibunya.

Pada malam hari raya, ibunya sedang melamun teringat akan 20 tahun silam dimana malam itu suaminya pergi meninggalkan mereka semua. Gunarto yang mengetahui membuat luka lama di hatinya kembali terbuka. Ia memilih tidak membicarakan dan mengalihkan pembicaraan tentang Mintarsih. Kemudian maimun pulang dengan bahagia dan membawa kabar bahwa Pak Tirto tetanggnya bahwa melihat seorang lai-laki tua yang mirip dengan ayah mereka. Tak lama Mintarsih anak perempuan di rumah itu datang dan berkata bahwa ada lelaki tua di seberang jalan sedang melihat kearah rumah mereka. Terjadilah perdebatan dan sang ibu yakin bahwa itu mungkin suaminya yang telah lama pergi.

    Konflik muncul saat kedatangan Raden saleh dengan penampilan yang berbeda, ia kini seperti pengemis. Ibu kaget hampir tidak percaya namun bahagia dan akhirnya menyuruhnya untuk masuk. Ibu langsung mengenalkan Raden Saleh kepada anak-anaknya. Maimun dan Mintarsih yang tidak mengerti permasalahan apa yang dulu  pernah terjadi, langsung saja menerima orang tersebut sebagai ayah sedangkan Gunarto yang masih meiliki   rasa   dendam   yang   mendalam   pada   ayahnya   hanya   diam. Kemarahan Gunarto semakin menjadi setelah mendengarkan cerita dari ayahnya yang waktu di Singapura mempunyai istri, kemudisan tokonya terbakar habis dan kini kehidupan terlunta-lunta. Ia mengingatkan ayah, ibu dan adik-adiknya tentang kesalahan yang telah diperbuat oleh ayahnya di masa lalu, serta mengingatkan perjuangannya selama ini. Sang ayah menyesal dan memilih untuk pergi.

Ibu dan Mintarsih menangis. Ibu menahan kepedihan dan penderitaan yang  dialaminya  lagi,  ditinggalkan  suaminya  saat  malam  hari  raya. Maimun menyesalkan perilaku Gunarto yang tidak mau menerima kembali ayah   mereka   dan   bertekad   menentang   kakaknya   dan   pergi   untuk memanggil ayahnya pulang kembali. Tetapi maimun hanya menemukan kopiah dan baju ayahnya saja dipinggir jembatan.

Akhinya Maimun membawa pulang kopiah dan baju sang ayahnya ke rumah. Saat itulah Gunarto terkejut dan menyesali perlakuannya terhadap sang ayah.

 

2.2 Plot

 

Plot adalah salah satu unsur intrinsik pembangun karya sastra. Pada tahap pengkajian sastra, plot dikaji untuk mengetahui rangkaian peristiwa apa saja yang terdapat dalam cerita karya sastra tersebut. Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun kejadian-kejadian tersebut hanya dihubungkan secara sebab akibat (Nurgiantoro dalam Juwati, 2018:174). Artinya setiap peristiwa yang terjadi dalam cerita merupakan sebab dari peristiwa lainnya karena adanya hubungan kausalitas.

Drama  sebagai  salah  satu  genre  sastra  juga  terdiri  dari  sebuah rangkaian peristiwa atau episode yang saling mengikuti satu sama lain menurut rencana penulis. Peristiwa yang tersusun ini merupakan rentetan hubungan sebab-akibat dari peristiwa yang terjadi sebelumnya. Hal ini sejalan  dengan  pendapat  Luxemburg,  dkk  yang  mengatakan  bahwa Peristiwa di sini diartikan sebagai peralihan dari keadaan yang satu ke keadaan yang lain” (dalam Emzir, dkk, 2018: 263). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa peristiwa yang satu akan menyebabkan peristiwa yang kedua terjadi.

Plot sebagai rentetan atau rangkaian peristiwa dapat dibagi menjadi beberapa bagian antara lain pengenalan, konflik, dan peleraian. Inti sari dari plot ialah konflik, maka plot sering dibagi menjadi elemen-elemen meliputi pengenalan, timbulnya konlfik, konflik, konflik memuncak, klimaks, dan pemecahan soal (Sumardjo, dalam Rokhmansyah, 2014: 37). Dalam hal ini konflik dapat dibagi pula menjadi pemunculan konfik, peningkatan konflik, dan klimaks. Berikut ini hasil analisis plot dalam lakon Ayahku Pulang karangan Usmar Ismail.

 

        2.2.1    Hasil Analisis Plot Lakon “Ayahku Pulang” Karangan Usmar  Ismail

 

2.2.1.1 Pengenalan

 

Pengenalan adalah tahap ketika karakter-karakter, tokoh-tokoh dan informasi/situasi awal diceritakan untuk memahami cerita tersebut. Dalam tahap ini pembaca diperkenalkan dengan tokoh-tokoh drama dengan watak masing-masing (Waluyo, 2002: 8). Dalam sebuah lakon atau naskah drama, pengenalan  dapat  diliat  melalui  notasi  atau  dialog-dialog  yang  ada  di dalam cerita.

    Tahap  pengenalan dalam  lakon Ayahku  Pulang karangan  Usmar Ismail dimulai pada peristiwa seorang ibu bernama Tina yang duduk menampakkan wajah sedihnya ketika mendengar suara bedug takbir. Ibu tersebut merasa sedih karena teringat kejadian masa lalunya bersama dengan suami dan anaknya. Tepat saat malam hari raya suaminya pergi meninggalkan anak dan dirinya begitu saja, tanpa alasan dan sepatah kata sehingga membuat hidup wanita ini kesepian dan bekerja keras. Saat ibu ini merenung, tiba-tiba anak laki-laki sulungnya bernama Gunarto datang dan  mengejutkan  lamunannya  dan  bertanya  tentang  apakah  ibu  masih memikirkan  ayah  (Raden  Saleh).  Gunarto  kemudian  melarang  ibunya untuk tidak lagi memikirkan ayahnya yang telah meninggalkan keluarga mereka begitu saja dan membuat ibu, adik, dan dirinya bekerja keras sampai saat ini. Akan tetapi, ibu tetap saja masih memikirkan ayahnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kutipan dalam naskah sebagai berikut.


GUNARTO (Memandang Ibu Lalu Bicara Dengan Suara Sesal)

Ibu masih berfikir lagi...

 

I B U (Bicara Tanpa Melihat Gunarto)

Malam  Hari  Raya  Narto.  Dengarlah  suara  bedug  itu  bersahut- sahutan. (Gunarto Lalu Bergerak Mendekati Pintu)

Pada malam hari raya seperti inilah Ayahmu pergi dengan tidak meninggalkan sepatah katapun.

 

GUNARTO (Agak Kesal) Ayah......

 

I B U

Keesokan harinya Hari Raya, selesai sholat ku ampuni dosanya...

 

GUNARTO

Kenapa masih Ibu ingat lagi masa yang lampau itu? Mengingat

orang yang sudah tidak ingat lagi kepada kita?

 

I B U (Memandang Gunarto)

Aku merasa bahwa ia masih  ingat  kepada kita.  (Usmar  Ismail, halaman 2)

 

2.2.1.2 Timbulnya Konflik atau Konflik Awal

 

Konflik awal atau pertikaian awal adalah perkembangan konflik antar tokoh yang mencoba untuk memahami jawaban mengenai masalah yang dihadapinya. Konflik dan ketegangan mulai berkembang melalui setiap peristiwa yang di alami tokoh. Konflik dapat muncul karena faktor internal maupun eksternal.

    Konflik  pertama  yang muncul  dalam  naskah drama tersebut  yakni pada saat kedatangan adik Gunarto yang bernama Maimun. Maimun baru saja pulang bekerja dengan membawa kabar yang menganehkan. Maimun menceritakan bahwa dirinya bertemu dengan sosok lelaki tua yang mirip dengan ayahnya bahkan teman kerjanya pun (Pak Tirto) juga bertemu dan mengenal  sosok lelaki tua yang ditemuinya di Swalayan. Saat itu keadaan rumah mulai agak aneh, ibu dan Gunarto agak tidak nyaman dengan cerita yang  disampaikan  adiknya  tersebut.  Bahkan,  ibu  dan  Gunarto  tidak percaya dengan cerita Maimun. Cerita Maimun juga sempat membuat mereka kesal dengan mengucapkan hal-hal yang tidak mengenakkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kutipan dalam naskah sebagai berikut.

 

MAIMUN (Menghampiri Gunarto Lalu Duduk Disebelahnya) Bang, ada kabar aneh, nih! Tadi pagi aku berjumpa dengan seorang tua yang serupa benar dengan Ayah?

 

GUNARTO (Tampak Tak Terlalu Mendengarkan)

Oh, begitu?

 

MAIMUN

Waktu  Pak  Tirto  berbelanja  disentral,  tiba-tiba  ia  berhadapan

dengan seorang tua kira-kira berumur enam puluh tahun. Ia kaget juga?! Karena orang tua itu seperti yang pernah dikenalnya? Katanya orang tua itu serupa benar dengan Raden Saleh. Tapi kemudian orang itu menyingkirkan diri lalu menghilang dikerumunan orang banyak!

 

GUNARTO

Ah, tidak mungkin dia ada disini....

 

I B U (Setelah Diam Sebentar)

Aku kira juga dia sudah meninggal dunia atau keluar negeri. Sudah dua puluh tahun semenjak dia pergi pada malam hari raya seperti ini. (Usmar Ismail, halaman 5)

 

2.2.1.3 Konflik

 

Suasana semakin menganehkan lagi ketika adik perempuan Gunarto bernama Mintarsih pulang dengan mengatakan hal aneh  pula. Mintarsih mengatakan bahwa ia melihat laki-laki tua seperti pengemis di tepi jalan dekat jembatan yang selalu memandang ke rumahnya. Hal ini, membuat suasana di dalam rumah semakin aneh dan penasaran. Maimun semakin penasaran dengan sosok laki-laki tua tersebut, dia melihat lewat jendela rumahnya tetapi lelaki tua yang dilihat adiknya tidak ada. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kutipan dalam naskah sebagai berikut.

MINTARSIH

Ada orang tua diujung jalan ini. Dari jembatan sana melihat-lihat

kearah rumah kita. Nampaknya seperti seorang pengemis.

(Semua DiaM)

Yah... kenapa semua jadi diam? GUNARTO TERTUNDUK MEMBISU

MAIMUN (Dengan Cepat)

Orang tua?? bagaimana rupanya?

 

MINTARSIH

Hari  agak  gelap.  Jadi  tidak  begitu  jelas  kelihatannya...  tapi

orangnya....

 

TINGGI    ATAU    PENDEK    TERGANTUNG    PEMERRAN. SUARA BEDUG AGAK KERAS TERDENGAR.

 

MAIMUN (Bangkit Dari Duduknya Lalu Melihat Ke Jendela) Coba ku lihat! (Usmar Ismail, halaman 8)

 

            2.2.1.4 Konflik Memuncak

 

Inti sari dari plot ialah konflik. Konflik akan terus meningkat sampai mencapai  klimaks  atau  titik  puncak  kegawatan  dalam  cerita  (Waluyo, 2002: 10). Konflik tersebut memuncak hingga mengalami suatu tekanan terhadap masalah yang dihadapi.  Pada lakon Ayahku Pulang karangan Usmar  Ismail  konflik  memuncak  saat  Raden  Saleh  datang  ke  rumah mereka   tetapi Gunarto menolak kedatangannya. Pertikaian terus terjadi antara Gunarto dengan ibu, dan kedua adiknya tentang dapatkan mereka menerima kembali dan memaafkan kesalahan ayah mereka atau tidak. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kutipan dalam naskah sebagai berikut.

 

GUNARTO

Maimun! Kapan kau mempunyaii seorang Ayah!

 

IBU

Gunarto!

 

(SEDIH, GELISAH DAN MULAI MENANGIS)

 

GUNARTO (bicara perlahan tapi pahit)

Kami  tidak  mempunyai  Ayah,  Bu.  Kapan  kami  mempunyai seorang Ayah?


 

IBU (agak keras tapi tertahan)

Gunarto! Apa katamu itu!

 

GUNARTO

Kami   tidak   mempunyai   seorang   Ayah   kataku.   Kalau   kami mempunyai Ayah, lalu apa perlunya kami membanting tulang selama ini? Jadi budak orang! Waktu aku berumur delapan tahun, aku dan  Ibu hampir saja terjun kedalam laut, untung Ibu cepat sadar. Dan jika kami mempunyai Ayah, lalu apa perlunya aku menjadi anak suruhan waktu aku berumur sepuluh tahun? Kami tidak mempunyai seorang Ayah. Kami besar dalam keadaan sengsara. Rasa gembira didalam hati sedikitpun tidak ada. Dan kau Maimun,.  Lupakah  engkau  waktu  menangis  di  sekolah  rendah dulu? Karena kau tidak bisa membeli kelereng seperti kawan- kawanmu  yang lain. Dan kau pergi ke sekolah  dengan pakaian yang sudah robek dan tambalan sana-sini? Itu semua terjadi karena kita tidak mempunyai seorang Ayah! Kalau kita punya seorang Ayah, lalu mengapa hidup kita melarat selama ini!

 

IBU DAN MINTARSIH MULAI MENANGIS DAN MAIMUN MERASA SEDIH

 

MAIMUN

Tapi bang, Narto. Ibu saja sudah memaafkannya. Kenapa kita

tidak? (Usmar Ismail, halaman 11)

 

2.2.1.5 Klimaks

 Klimaks dalam lakon Ayahku Pulang karangan Usmar Ismail ditandai dengan Raden Saleh yang berniat untuk pergi dari rumah. Akan tetapi, kepergian Raden Saleh ditahan oleh Maimun, Ibu, dan Mintarsih. Mereka kasihan kepada ayahnya dan meminta Raden Saleh tetap tinggal di rumahnya. Ibu dan Mintarsih menangis tak henti-hentinya. Maimun berusaha membuka hati abangya. Namun Gunarto tetap keras kepala. Akhirnya Raden Saleh pun pamit dan meninggalkan rumah itu dalam keadaan batuk-batuk dan cuaca sedang hujan deras. Mintarsih pun menangis sambil mengatakan bahwa kakaknya begitu tega telah menyuruh ayah pergi dalam keadaan hujan deras. Gunarto pun tetap keras hati dan marah,  dia  merasa  disalahkan  dan   menyuruh  Maimun  untuk  memilih antara ayah atau dirinya. Maimun pun mengatakan jika kakaknya sudah menyakiti hati ibunya,  karena sudah berkata tidak-tidak. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kutipan dalam naskah sebagai berikut.


 

RADEN SALEH MEMANDANGI ANAK-ANAKNYA SATU PERSATU LALU KELUAR DENGAN PERLAHAN SAMBIL BATUK-BATUK. BERJALAN LEMAH DIIRINGI SUARA BEDUG DAN TAKBIRAN YANG SAYUP-SAYUP MASIH TERDENGAR, SEMENTARA HUJAN MULAI TURUN DENGAN DERAS.

 

 

GUNARTO (memandang adiknya)

Janganlah kalian lihat aku sebagai terdakwa. Mengapa kalian menyalahkan aku saja? Aku sudah hilangkan semua rasa itu! Sekarang kalian harus pilih, dia atau aku!! (Usmar Ismail, halaman

13)

        2.2.1.6 Pemecahan Soal

 

Pemecahan masalah dalam lakon ini yaitu ketika Maimun nekat pergi keluar  rumah  mencari  ayahnya.  Ketika  pulang  ke  rumah  Maimun membawa baju dan kopyah sang ayah yang ditemukan di tepi jembatan. Gunarto terkejut, dia menduga bahwa ayahnya melompat jembatan. Dia pun memegang kopyah dan pakaian ayahnya sambil menyesal. Gunarto menduga,  ayahnya tidak  tahan  menerima hinaan  darinya.  Gunarto  pun menangis dan berteriak memanggil-manggil ayahnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kutipan dalam naskah sebagai berikut.

 

MAIMUN LARI KELUAR RUMAH. SEMENTARA HUJAN MAKIN LEBAT DIIRINGI SUARA BEDUG TAKBIRAN SAYUP-SAYUP TERDENGAR.

 

 

MINTARSIH

Mana Ayah, Bang?

 

IBU

Mana Ayahmu?

MAIMUN

Tidak aku lihat. Hanya kopiah dan bajunya saja yang kudapati

 

GUNARTO

Maimun, di mana kau dapatkan baj kopiah itu?


 

MAIMUN

Aku tidak tahu…

 

GUNARTO (kaget. Sadar)

Jadi, jadi Ayah meloncat ke dalam sungai!!

 

IBU  (menjerit)

Gunarto….!!!

GUNARTO (berbicara sendiri sambil memeggang pakaian dan kopiah ayahnya. Tampak menyesal)

Dia tak tahan menerima penghinaan dariku. Dia yang biasa dihormati orang, dan dia yang angkuh, yah, angkuh seperti diriku juga.... Ayahku. Aku telah membunuh Ayahku. Ayahku sendiri. Ayahku pulang, Ayahku pulang...... (Usmar Ismail, halaman 15)

 


2.3 Alur

Alur merupakan unsur intrinsik yang penting dalam cerita. Alur merupakan  hal  yang  mendasari  kisah.  Kehadiran  alur  dapat  membuat cerita  berkesinambungan,  oleh  sebab    itu,  antara  peristiwa  yang  satu dengan peristiwa yang   lain dalam alur harus saling berhubungan (Wicaksono, 2017:126). Gerak alur cerita dapat dilihat secara jelas berdasarkan  urutan  waktu  kejadian  atau  kronologisnya.  Berdasarkan urutan peristiwanya, alur dapat digolongkan menjadi: (1) alur maju (progresif), (2) alur mundur (regresif), serta alur gabungan (compound plot).

Alur merupakan struktur gerak cerita yang erat kaitannya dengan plot, karena plot juga terdapat di dalam jalan cerita. Menurut Nurgiyantoro, alur dan plot sama-sama mengandung rangkaian peristiwa, namun plot lebih dari sekadar rangkaian peristiwa. Plot lebih kompleks jika dibandingkan dengan alur, karena plotbaru  bergerak setelah adanya hubungan kausalitas antarperistiwanya.

        Berikut ini hasil analisis alur dalam lakon Ayahku Pulang” karangan Usmar Ismail.

 

        2.3.1    Hasil Analisis Plot Lakon “Ayahku Pulang” Karangan Usmar Ismail

 

Alur yang digunakan dalam lakon Ayahku Pulang Karangan Usmar Ismail adalah alur  maju  atau  progresif. Adapun penggamabaran alur progresif dalam lakon Ayahku Pulang Karangan Usmar Ismail adalah sebagai berikut.

Keterangan:

 

D = Dialog

                      N = Notasi



3.   Simpulan

 

            a)  Plot  dalam  lakon  Ayahku  Pulang karangan  Usmar  Ismail  yakni sebagai berikut:

  1. Pengenalan: Ibu teringat dengan Ayah. Namun Gunarto melarang Ibu mengingat Ayah lagi (D1 s.d. D6).
  2. Timbul Konflik: Maimun pulang membawa kabar yang aneh dan membuat Gunarto kesal (D37 s.d D48).
  3. Konflik:  Mintarsih  pulang  dan  mengatakan  bahwa  ia  melihat lelaki tua di tepi jalan dekat jembatan yang selalu memandang ke arah rumahnya (D49 s.d D74).
  4. Konflik Memuncak: Raden Saleh datang ke rumah mereka  tetapi Gunarto menolak kedatangannya (D78 s.d. D103).
  5. Klimaks: Raden Saleh pergi dari rumah dalam keadaan lemah dan cuaca  hujan  deraskemudian Maimun  pergi  juga  menyusul mencari Ayahnya (N103 s.d.N110).
  6. Pemecahan Soal: Maimun kembali hanya dengan membawa baju dan kopyah sang ayah yang ditemukan di tepi jembatan. Gunarto berpikir   Ayahnya   telah   melompat   ke   sungai.   Gunarto   pun menyesal (D131 s.d N115). 
        b)  Alur yang digunakan dalam lakon Ayahku Pulang karangan Usmar Ismail adalah alur maju (progresif).

 

 4.   Rancangan Pembelajaran

Sesuai dengan pembelajaran pada Kurikulum 2013 Revisi 2018 pada Permendikbud No. 37 Tahun 2018, pembelajaran tentang drama. Direncanakan akan diajarkan pada kelas XI berdasarkan KI   3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban   terkait   penyebab   fenomena   dan   kejadian,   serta   menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah dan KI 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan, KD 3.18, 4.18, 3.19 dan 4.19.

 

5.   Sumber Rujukan

 

        Emzir,  dkk.  2018.  Tentang  Sastra:  Orkestra  Teori  dan  Pembelajarannya. Yogyakarta:                          Garudhawaca.

Juwati. 2018. Sastra Lisan Bumi Silampari: Teori, Metode, dan Penerapannya. Yogyakarta: Deepublish.

Rokhmansyah,Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra : Perkenalan Awal terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Waluyo, Herman J. 2001. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: PT PrasetiaWidya Pratama.

Wicaksono,Andri. 2017. Pengkajian Prosa Fiksi. Yogyakarta: Garudhawaca.

http://budiangkasa.blogspot.com/2013/04/sinopsis-naskah-drama-ayahku- pulang.html.

            http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/mod/page/view.php?id=2228.


Komentar