TAUFIQ ISMAIL DALAM PUISI-PUISINYA (SUATU PENDEKATAN EKSPRESIF)


TAUFIQ ISMAIL DALAM PUISI-PUISINYA
(SUATU PENDEKATAN EKSPRESIF)




Disusun Oleh :


Araminta Ma’ruf Purnamajita Suci                              
Rena Lutfiana                                                            
Resti Hanafiani                                                          




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
A.    Pendahuluan
Bagi seorang penyair atau pengarang, sastra ialah media yang dapat digunakan untuk mengekspresikan apa yang ingin mereka sampaikan. Hal yang ingin disampaikan itu dapat berupa kisah-kisah nyata yang pernah dialami, dilihat, ataupun didengar dari orang lain yang kemudian diolah melalui proses kreatif dengan menambahkan bumbu-bumbu kiasan dan imajinatif di dalamnya.
Sastra dalam perkembangannya saat ini telah dibagi ke dalam tiga genre, yaitu genre puisi, genre prosa, dan genre drama. Puisi sebagai salah satu karya sastra  diciptakan  oleh sang penyair dengan tujuan agar dapat dinikmati oleh pembaca. Pembaca sebagai penikmat sastra terkadang merasa kesulitan untuk memahami maksud penyair yang tertuang dalam sebuah puisi.  Karena puisi merupakan sebuah karya sastra yang berisi ungkapan atau ekspresi seaorang penyair yang dituangkan dalam bahasa yang dipadatkan, dipersingkat dan diberi bumbu kata-kata kias atau majas. Pemilihan bahasa yang terlampau padat, singkat, dan banyaknya pemilihan kata-kata kias inilah yang mungkin banyak membuat pembaca sulit memahami maksud penyair dalam puisi. Maka dari itu, untuk memahami sebuah puisi terkadang diperlukan bantuan, yaitu melalui berbagai macam pendekatan sastra. Abrams membagi pendekatan tersebut menjadi empat pendekatan yaitu objektif, mimetik, ekspresif, dan pragmatik.
Objektif ialah pendekatan yang memusatkan perhatian semata-mata pada unsur pembangun sebuah karya sastra yaitu, unsur intrinsik karya sastra tersebut. Mimetik ialah pendekatan yang mengkaji karya sastra dengan menghubungkannya realita objektif (realita kehidupan). Ekspresif ialah pendekatan yang mengkaji karya sastra dengan menghungkan karya dengan kehidupan pengarang atau penyair karya sastra tersebut. Pragmatik ialah pendekatan sastra yang mengkaji karya sastra melalui respon pembaca dengan melihat aspek kebermanfaatan karya sastra tersebut terhadap pembaca.
Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang memiliki hubung paling dekat antara sebuah  karya sastra dengan pencipta karya. Karena dalam pengkajiannya sebuah karya sastra akan dihubungkan langsung dengan kehidupan pengarang atau penyairnya. Abrams (dalam Siswanto, 2013: 167) berpendapat bahwa “Pendekatan ekspresif adalah pendekatan dalam kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada ekspresi perasaan atau tempramen penulis”.  Hal ini sejalan dengan pendapat Selden (dalam Siswanto, 2013: 167) bahwa “Karya sastra adalah anak kehidupan kreatif seorang penulis dan  mengungkapkan pribadi pengarang”.
Dalam mengkaji puisi melalui pendekatan apapun diperlukan pengkajian unsur intrinsik karya sastra  tersebut  terlebih dahulu. Adapun unsur intriksik puisi antara lain, hakikat puisi (Tema, Amanat, Nada, Perasaan), Akulirik atau Dialirik, Alusi, Tipografi, Enjambemen, Gaya Bahasa, Citraan, dan Rima.
Dalam mengkaji puisi menggunakan pendekatan ekspresif tidak  semua unsur intrinsik digunakan. Hanya hakikat puisi dan gaya bahasa saja yang diikutsertakan.  Karena hakikat puisi merupakan eksistensi dari sebuah puisi. Pemilihan unsur intrinsik gaya bahasa, karena puisi merupakan ungkapan pribadi penyair, ekspresi perasaan atau tempramen penyair. Ungkapan yang ingin disampaikan dapat terlihat melalui pemilihan kata-kata yang digunakan penyair dalam puisi.
Untuk mengetahui kehidupan Taufiq Ismail melalui puisinya yang berjudul “Dengan Puisi Aku” maka pengkajian puisi dilakukan menggunakan pendekatan ekspresif.  Dalam analisisnya puisi itu akan dihubungkan dengan kehidupan penyairnya, yaitu Taufiq Ismail. Puisi tersebut dikaji unsur intrinsiknya. Kemudian unsur intrinsik tersebut dihubungkan dengan kehidupan Taufiq Ismail melalui referensi biografi tokoh Taufiq Ismail sebagai data pendukung kajian.

B.     Metode
Langkah-langkah  melakukan pendekatan ekspresif:
1.      Memilih karya sastra yang akan dikaji menggunakan pendekatan ekspresif. Dalam hal ini puisi yang dipilih adalah puisi karya Taufiq Ismail berjudul “Dengan Puisi Aku”
2.      Mencari buku-buku referensi terkait pendekatan ekspresif dan biografi penyair sebagai data pendukung pengkajian.
3.      Menganalisis unsur intrinsik puisi meliputi hakikat puisi dan gaya bahasa.
4.      Menghubungkan unsur intrinsik tersebut dengan kehidupan penyair melalui biografi sebagai data pendukung.
5.      Membuat simpulan atau interpretsi terkait hasil kajian.

C.    Hasil dan Pembahasan
1.      Analisis objektif puisi “Dengan Puisi Aku” karya Taufiq Ismail
DENGAN PUISI AKU
                               Taufiq Ismail

Dengan puisi aku bernyanyi                (1)
Sampai senja umurku nanti                 (2)
Dengan puisi aku bercinta                   (3)
Berbatas cakrawala                             (4)

Dengan puisi aku aku  mengenang     (5)
Keabadian Yang akan datang             (6)
Dengan puisi aku menangis                (7)
Jarum jam bila kejam  mengiris           (8)

Dengan puisi aku mengutuk               (9)
Nafas zaman yang busuk                    (10)
Dengan puisi aku berdoa                    (11)
Perkenankanlah  kiranya                     (12)

                             1965                      
                               (Tirani dan Benteng: 62)

·         Tema
Setiap karya sastra tidak terkecuali puisi memiliki gagasan pokok yang diungkap penyair sebagai landasan utama puisinya. Menurut Siswanto (2008: 124) “Gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang atau yang terdapat dalam puisi inilah yang disebut tema.
Tema yang terdapat dalam puisi “Dengan Puisi Aku” Karya Taufiq Ismail adalah kehidupan. Dalam kehidupan yang dimaksud adalah aktfitas yang dilakukan dalam kehidupan.

·         Amanat
Siswanto (2008: 125) mengatakan bahwa “Sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair itu menciptakan puisinya maupun dapat ditemui dalam puisinya”. Maka, dalam hal ini amanat dapat diartikan sebagai suatu hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisi.
Amanat yang terkandung dalam puisi “Dengan Puisi Aku” Karya Taufiq Ismail adalah agar manusia terbuka hatinya melihat bahwa dalam mengungkapkan perasaan, ide, dan pikiran dapat menggunakan sebuah media, media tersebut salah satunya adalah puisi.

·         Nada
Siswanto (2008: 125) mengatakan bahwa “Nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya”. Nada yang terdapat dalam puisi “Dengan Puisi Aku” Karya Taufiq Ismail adalah menggurui. Taufiq Ismail mengajari bahwa dengan bantuan media puisi kita dapat bernyanyi, bercinta, mengenangs, menangis, mengkritik, dan berdoa. Hal ini dapat dilihat pada larik ke (1), (3), (5), (7), (9), dan (11).
Dengan puisi aku bernyanyi                 (1)
Sampai senja umurku nanti                      (2)
Dengan puisi aku bercinta                    (3)
Berbatas cakrawala                                  (4)

Dengan puisi aku aku mengenang       (5)
Keabadian Yang akan datang                  (6)
Dengan puisi aku menangis                  (7)
Jarum jam bila kejam  mengiris                (8)

Dengan puisi aku mengutuk                 (9)
Nafas zaman yang busuk                         (10)
Dengan puisi aku berdoa                      (11)
Perkenankanlah  kiranya                          (12)

·         Perasaan
Siswanto (2008: 124) mengatakan bahwa “Rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya”. Perasaan yang terdapat dalam puisi “Dengan Puisi Aku” Karya Taufiq Ismail adalah kesenangan, kebahagiaan, kerinduan, kesedihan, marah, dan  berharap
kesenangan
 
Dengan puisi aku bernyanyi                     (1)
Sampai senja umurku nanti                      (2)
kebahagiaan
 
Dengan puisi aku bercinta                        (3)
Berbatas cakrawala                                  (4)

keriduan
 
Dengan puisi aku aku mengenang           (5)
Keabadian Yang akan datang                  (6)
kesedihan
 
Dengan puisi aku menangis                     (7)
Jarum jam bila kejam  mengiris                (8)

marah
 
Dengan puisi aku mengutuk                    (9)
Nafas zaman yang busuk                         (10)
berharap
 
Dengan puisi aku berdoa                         (11)
Perkenankanlah  kiranya                          (12)

·         Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam puisi dapat dibagi menjadi gaya kalimat dan bahasa kiasan
1        Gaya Kalimat
·         Gaya kata
Dalam gaya kata akan dilihat pengulangan kata serta diksi.
a)      Pengulangan kata
Puisi “Dengan Puisi Aku” banyak mengandung pengulangan kata. Ditemukan pengulangan kata pada empat kata sebagai berikut:
a.       dengan berulang sebanyak 6 kali
b.      puisi berulang sebanyak 6 kali
c.       aku berulang sebanyak 7 kali
d.      yang berulang sebanyak 2 kali

b)      Diksi
Diksi merupakan kata-kata yang dipilih secara cermat oleh penyair untuk dapat memuat curahan rasa.
               bernyanyi (1)
               bercinta (3)
               mengenang (5)
               menangis (7)
               mengutuk (9)
               berdoa (11)

   Jika diperhatikan, diksi yang dipilih dalam puisi keseluruhan berbentuk kata kerja. Hal ini tergambar dari penggunaan afiks me- dan ber- yang bermakna melakukan kegiatan. 

2        Bahasa Kiasan
       Di dalam puisi “Dengan Puisi Aku” terdapat personifikasi yaitu benda mati seolah-olah hidup atau dapat melakukan tindakan yang dilakukan manusia. Personifikasi tampak pada larik puisi berikut.
Dengan puisi aku bernyanyi                      (1)
Dengan puisi aku bercinta                         3)
Dengan puisi aku aku mengenang                        (5)
Dengan puisi aku menangis                       (7)
Jarum jam bila kejam  mengiris                (8)
Dengan puisi aku mengutuk                      (9)
Dengan puisi aku berdoa                           (11)

          Selain itu, didapati adanya hiperbola pada larik berikut.
Nafas zaman yang busuk                           (10)

2.      Biografi Penyair

Taufiq Ismail lahir di Bukit tinggi, 25 Juni 1935. Taufiq Ismail menikah dengan Esiyati Yatim pada tahun 1971 dan dikaruniai seorang anak laki-laki, Bram Ismail. Bersama keluarga ia tinggal di Jalan Utan Kayu Raya 66-E, Jakarta 13120.
Masa kanak-kanak sebelum sekolah beliau lalui di Pekalongan. Ia pertama masuk sekolah rakyat di Solo. Selanjutnya, ia berpindah ke Semarang, Salatiga, dan menamatkan sekolah rakyat di Yogya. Ia masuk SMP di Bukit tinggi, SMA di Bogor, dan kembali ke Pekalongan. Ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Indonesia (sekarang IPB), dan tamat pada tahun1963. Pada tahun 1971–1972 dan 1991–1992 ia mengikuti International Writing Program, University of Iowa, Iowa City, Amerika Serikat. Ia juga belajar pada Faculty of Languange and Literature, American University in Cairo, Mesir, pada tahun 1993. Karena pecah Perang Teluk, Taufiq pulang ke Indonesia sebelum selesai studi bahasanya.
Karena menandatangani Manifes Kebudayaan, yang dinyatakan terlarang oleh Presiden Soekarno, ia batal dikirim untuk studi lanjutan ke Universitas Kentucky dan Florida. Ia kemudian dipecat sebagai pegawai negeri pada tahun 1964.
Kini Taufiq menjadi anggota Badan Pertimbangan Bahasa, Pusat Bahasa dan konsultan Balai Pustaka, di samping aktif sebagai redaktur senior majalah Horison.
Adapun karya-karya Taufiq Ismail antara lain Tirani (1966), Benteng (1966), Buku Tamu Musium Perjuangan (1972), Sajak Ladang Jagung (1974), Kenalkan, Saya Hewan (sajak anak-anak) (1976), Puisi-puisi Langit (buklet baca puisi) (1990), Tirani dan Benteng, Yayasan Ananda (cetak ulang gabungan) (1993), Prahara Budaya (bersama D.S. Moeljanto) (1995), Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1998). Atas kerja sama dengan musisi sejak 1974, terutama dengan Himpunan Musik Bimbo (Hardjakusumah bersaudara), Chrisye, Ian Antono, dan Ucok Harahap, Taufiq telah menghasilkan sebanyak 75 lagu.

3.      Analisis Ekspresif puisi “Dengan Puisi Aku” karya Taufiq Ismail
Dengan puisi aku bernyanyi (1)
Sampai senja umurku nanti  (2)
Dalam larik (1) dan (2) dapat dimaknai bahwa dengan media puisi seorang Taufiq Ismail bernyanyi dan sampai senja umurnya kelak beliau akan terus berkarya. Jika larik (1) dikaitkan dengan kehidupan penyair bisa dilihat bahwa banyak puisi-puisi karya Taufiq Ismail yang akhirnya dilagukan oleh musisi-musisi tanah air. Puisi-puisi tersebut antara lain Dengan Puisi Aku, Rindu Rasul, Sajadah Panjang, dan Oda pada Van Gogh  dinyanyikan oleh Bimbo; Panggung Sandiwara dinyanyikan oleh Duo Kribo; Pintu Sorga dinyanyikan oleh Gigi; Dzikir Tak Putus Putusnya dinyanyikan Ita Purnamasari, Pena dan Tinta dinyanyikan Ajeng, dan Menuju Surga dinyanyikan Aning Katamsi yang semuanya diaransemen oleh Dwiki Darmawan.

            Dengan puisi aku bercinta       (3)
Berbatas cakrawala                 (4
Dalam larik (3) dan (4) dapat dimaknai bahwa dengan media puisi seorang Taufiq Ismail dapat mengekspresikan rasa cintanya. Jika dikaitkan dengan kehidupan penyair bisa dilihat bahwa banyak puisi-puisi karya Taufiq Ismail yang bertemakan cinta misalnya puisinya yang berjudul “Cermin”.

            Dengan puisi aku aku mengenang      (5)
            Keabadian Yang akan datang             (6)
Dalam larik (5) dan (6), dapat dimaknai bahwa dengan karya  puisi seorang Taufiq Ismail mengaitkan kepada pembaca mengenai keabadian yang akan datang yang disini berarti (kematian). Jika dikaitkan dengan kehidupan penyair bisa dilihat bahwa ada puisi karya Taufiq Ismail yang berisikan tentang keabadian yang akan datang atau (kematian).Puisi tersebut antara lain “Karangan Bunga”.

Dengan puisi aku menangis                (7)
Jarum jam bila kejam mengiris            (8)
Dalam larik (7) dan (8), dapat dimaknai bahwa di dalam berkarya, ada puisi-puisi Taufiq Ismail yang menceritakan kesedihan, terutama tentang kesedihan  karena ketidakadilan pemerintah .Jika dikaitkan dengan kehidupan penyair bisa dilihat bahwa ada puisi karya Taufiq Ismail yang bertemakan kesedihan, terutama kesedihan ketidakadilan pemerintah (kejamnya pemerintah)  yang berjudul “Yang Selalu Terapung di Atas Gelombang , dan “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia”

Dengan puisi aku mengutuk               (9)
Nafas zaman yang busuk                    (10)
Dalam larik (9) dan  (10), dapat dimaknai bahwa dengan media puisi  tokoh Taufiq Ismail bisa mengkritik pemerintah yang tidak adil pada rakyat kecil. Telihat pada karya puisi Taufiq Ismail yang berjudul
Syair Orang Lapardan “Silhuet”.

Dengan puisi aku berdoa                    (11)
Perkenankanlah kiranya                             (12)
Dalam larik (11)  dan (12), dapat dimaknai bahwa tokoh Taufiq Ismail menggunakan media puisi untuk berdoa pada Tuhan Yang  Maha Esa. Terlihat pada karya Taufiq Ismail yang berjudul “DOA” dan “Membaca Tanda-tanda”.

D.    Simpulan
Dari analisis Puisi “Dengan Puisi Aku” karya Taufiq Ismail dengan menggunakaan pendekatan ekspresif, dapat disimpulkan bahwa seorang Taufiq Ismail dalam mengekspresikan perasaan atau hal-hal yang ingin dilakukan atau disampaikan beliau mewakilkannya dengan  menggunakan media puisi. Hal ini terungkap dari beberapa pilihan kata dalam puisi “Dengan Puisi Aku” yang  ternyata dapat dihubungkan dengan karya-karya puisinya yang lain. Kehidupan atau aktifitas Taufiq Ismail baik dalam berkarya, kehidupan percintaan, kehidupan sosial-politik, dan hubungannya dengan Tuhan beliau gambarkan melalui puisi “Dengan Puisi Aku”.

Daftar  Pustaka
Rokhmansyah, Alfian. 2014.Studi dan Pengkajian Sastra : Perkenalan Awal terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Siwanto, Wahyudi. 2008.  Pengantar Teori Sastra.   Jakarta: Grasindo.
Putra, M. Andika. 2016. Aksara Taufiq Ismail dalam Gita. https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20160625014547-227-140804/aksara-taufiq-ismail-dalam-gita. Diakses pada 16 Oktober 2018, pukul 11:28
Siregar, Oloan. 2013. M usisi Dwiki Darmawan Lagukan 4 Puisi Karya Taufiq Ismail. https://citraindonesia.com/musisi-dwiki-darmawan-lagukan-4-puisi-karya-Taufiq-ismail/. Diakses pada 16 Oktober 2018, pukul 11:37
Wisik,Danang. Kumpulan puisi ( puisi Taufiq Ismail) . http://kumpulankumpulan-puisi.blogspot.com/p/blog-page.html. Diakses pada 16 Oktober 2018 pukul 12.56.




Komentar